ETIKA, ESTETIKA DAN PERADABAN


ETIKA, ESTETIKA DAN PERADABAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika, estetika dan peradaban sangatlah berkaitan dengan erat. Ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, atau dapat dikatakan bahwa ketiga unsur tersebut saling melengkapi satu sama lain dan merupakan unsur pokok dalam kehidupan di dunia ini.
Jika salah satu hal tersebut menghilang, maka hal tersebut akan sangat mempengaruhi kehidupan yang telah berjalan sekian ratus juta tahun lamanya. Hal tersebut tentunya akan menjadi masalah yang serius yang mengancam perpecahan suatu bangsa.
Manusia sendiri, pada dasarnya adalah makhluk yang diciptakan dengan akal dan pikiran untuk membentuk peradaban mereka sendiri dan telah mempunyai sifat estetika dalam diri mereka masing-masing sejak mereka lahir di dunia ini. Meskipun,tidak dapat dihindari bahwa nilai etika dan estetika dalam diri mereka berbeda-beda. Namun pada intinya, sifat-sifat etika dan estetika itu tetap sama dan mengarah pada satu pandangan, yaitu kebudayaan. Peradaban manusia yang telah sekian lama berjalan dan mengalami berbagai macam perubahan pada dasarnya masih tetap sama, yaitu untuk memandang suatu.
unsur kebudayaan yang bersifat halus, indah dan maju. Seperti halnya kesenian. Kesenian tersebut bernilai estetika dikarenakan hal tersebut mempunyai unsur yanghalus dan indah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu masalah, antara lain:
1. Apakah pengertian Etika ?
2. Apakah pengertian dari Manusia itu sendiri ?
3. Apakah pengertian dari peradaban ?
4. Apakah hubungan estetika dalam peradaban dan kebudayaan manusia






BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIKA
a. Pengertian Etika
Etika/eti•ka/ /étika/ n ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 – mengutip dari Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”. Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

b. Klasifikasi Etika
Etika Perangai
Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambaran perangai manusia dalam kehidupan bermasyarakat di aderah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula. Etika perangai tersebut diakui dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku. Contoh etika perangai:
– berbusana adat
– pergaulan muda-mudi
– perkawinan semenda
– upacara adat

Etika Moral
Etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku yang baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika ini dilanggar timbullah kejahatan, yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.


Contoh etika moral:
– berkata dan berbuat jujur
– menghargai hak orang lain
– menghormati orangtua dan guru
– membela kebenaran dan keadilan
– menyantuni anak yatim/piatu.
Etika moral ini terwujud dalam bentuk kehendak manusia berdasarkan kesadaran, dan kesadaran adalah suara hati nurani.

Etika Deskriptif
Mengenai fakta apa adanya, yakni mengenai nilai dan pola prilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya
Etika normative
Mengenai norma-norma yang menentukan tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma.

c. Sistematika Etika
Etika secara umum dapat dibagi menjadi 2 kategori :
Etika umum
mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, mengambil keputusan secara etis serta tolak ukur dalam menilai baik buruknya suatu tindakan.
Etika khusus
merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan seperti “bagaiman saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang lakukan yang didasari olah cara, teori dan prinsip moral dasar”
Etika individual
Menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri
Etika social
Berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota manusia

d. Manfaat Etika
Manfaat etika dapat dibagi menjadi :
1. Membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral.
2. Membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana yang boleh dirubah, sehingga dalam melayani tamu kita tetap dapat yang layak diterima dan ditolak mengambil sikap yang bisa dipertanggungjawabkan.
3. Membantu seseorang mampu menentukan pendapat.
4. Menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai yang dibawa tamu dan yang telah dianut oleh petugas.

B. Manusia
a. Pengertian Manusia
Secara bahasa, manusia berasal dari kata “manu” dalam bahasa Sansekerta dan“mens” dalam bahasa Latin yang mempunyai arti berpikir, berakala budi atau makhluk yang berakal budi dan mampu menguasai makhluk lain.
Secara istilah, manusia dapat diartikan sebuah konsep atau fakta, gagasan ataurealitas, sebuah kelompok atau individu yang dalam hubungannya denganlingkungannya merupakan suatu orgasme hidup yang pribadinya terpengaruhi oleh faktor lingkungan.
Manusia adalah makhluk yang mempunyai akal, jasmani, dan rohani. Melalui akalnya manusia dituntut untuk berpikir menggunakan logikanya untuk menciptakan karya yang dapat digunakan dan bermanfaat baik untuk dirinya sendiri maupun oranglain. Melalui jasmaninya, manusia dituntut untuk melakukan sesuatumenggunakan fisik / jasmaninya sesuai dengan kemampuan dan fungsinyamasing-masing. Dan melalui rohaninya manusia dituntut untuk mengolah rohaninyadengan cara beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan mereka masing-masing.
Manusia, dalam pandangan umat Islam sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur’an diciptakan didunia ini untuk menjadi khalifah / pemimpin. Dalam hal tersebut, maksud dari pemimpin disini adalah menjadi penanggung jawab dari segala tindakan dan tingkah laku mereka di dunia ini, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain. Dan apabila hal tersebut diaplikasikan dalma kehidupan sehari-hari,maka jelaslah sudah, bahwa setiap resiko dan tindakan yang diambil manusia di duniaini megandung konsekuensinya masing-masing. Terlepas dari hal tersebut, maka manusia dituntun untuk selalu berhati-hati terhadap tindakan yang mereka ambil. Faktor-faktor tersebutlah yang menjadi dasar utama pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya
Manusia beradab adalah manusia yang sanggup untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan dapat menyelaraskan unsur-unsur cipta, rasa, dan karsa untunmelaksanakan hakikatnya sebagai manusia ciptaan Tuhan.
Konsep masyarakat adab ini pada awalnya bermula dari dunia barat. Istilah masyarakat adab ini dikenal juga sebagai masyarakat sipil, masyarakat warga ataupun masyarakat madani. Manusia beradab dapat diartikan sebagai masyarakat yang mempunyai sopan santun dalam tingkah lakunya dan mempunyai budi pekerti yang luhur dan baik.

b. Kelengkapan Manusia
1. Akal
Akal berfungsi sebagai alat untuk berpikir dan sebagai sumber ilmu pengetahuan dan teknologi diciptakan.
2. Nurani
Nurani berfungsi untuk merasakan, menentukan kata hati dan sumber kesenian.
3. Kehendak
Kehendak berfungsi sebagai alat memutuskan sesuatu, menentukankebutuhan dan sumber kegunaan
REPORT THIS AD
C. Estetika
Estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni. Estetika berkaitan dengan nilai indah–jelek (tidak indah). Nilai estetika berari nilai tentang keindahan. Keindahan dapat diberi makna secara luas, secara sempit, dan estetik murni.
1. Secara luas keindahan mengandung ide kebaikan, bahwa segala sesuatunya yang baik termasuk yang abstrak maupun nyata yang mengandung ide kebaikan adalah indah. Keindahan dalam arti luas meliputi banyak hal, seperti watak yang indah, hukum yang indah, ilmu yang indah, dan kebajikan yang indah. Indah dalam arti luas mencakup hampir seluruh yang ada apakah merupakan hasil seni, alam, moral, dan intelektual.
2. Secara sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingkup persepsi penglihatan (bentuk dan warna).
3. Secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diresapinya melalui penglihatan, pendengaran perabaan dan perasaan, yang semuanya dapat menimbulkan persepsi (anggapan) indah.
Jika estetika dibandingkan dengan etika, maka etika berkaitan dengan nilai tentang baik–buruk, sedangkan estetika berkaitan dengan hal yang indah–jelak. Sesuatu yang estetik berarti memenuhi unsur keindahan (secara estetik murni maupun secara sempit, baik dala bentuk, warna, garis, kata, ataupun nada). Budaya yang estetik berarti budaya tersebut memiliki unsur keindahan. Apabila nilai etik bersifat relatif universal, dalam arti bisa diterima banyak orang, namun nilai estetik amat subjektif dan partikular. Sesuatu yang indah bagi seseorang belum tentu indah bagi orang lain. Misalkan dua orang memandang sebuah lukisan. Orang yang pertama akan mengakui keindahan yang terkandung dalam lukisan tersebut, namun bisa jadi orang kedua sama sekali tidak menemukan keindahan di lukisan tersebut.
Oleh karena subjektif, nilai estetik tidak bisa dipaksakan pada orang lain. Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk mengakui keindahan sebuah lukisan sebagaimana pandangan kita. Nilai–nilai estetik lebih bersifat perasaan, bukan pernyataan. Budaya sebagai hasil karya manusia sesungguhnya diupayakan untuk memenuhi unsur keindahan. Manusia sendiri memang suka akan keindahan. Di sinilah manusia berusaha berestetika dalam berbudaya. Semua kebudayaan pastilah dipandang memiliki nilai–nilai estetik bagi masyarakat pendukung budaya tersebut. Hal–hal yang indah dan kesukaannya pada keindahan diwujudkan dengan menciptakan aneka ragam budaya.
Namun sekali lagi, bahwa suatu produk budaya yang dipandang indah oleh masyarakat pemiliknya belum tentu indah bagi masyarakat budaya lain. Contohnya, budaya suku–suku bangsa Indonesia. Tarian suatu suku berikut penari dan pakaiannya mungkin dilihat tidak ada nilai estetikanya, bahkan dipandang aneh oleh warga dari suku lain, demikian pula sebaliknya.
Oleh karena itu, estetika berbudaya tidak semata–mata dalam berbudaya harus memenuhi nilai–nilai keindahan. Lebih dari itu, estetika berbudaya menyiratkan perlunya manusia (individu atau masyarakat) untuk menghargai keindahan budaya yang dihasilkan manusia lainya. Keindahan adalah subjektif, tetapi kita dapat melepas subjektivitas kita untuk melihat adanya estetika dari budaya lain. Estetika berbudaya yang demikian akan mampu memecah sekat–sekat kebekuan, ketidak percayaan, kecurigaan, dan rasa inferioritas antar budaya.

D. Peradaban, Hubungannya Dengan Budaya dan Sejarah
Istilah peradaban juga sering dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan sistem kenegaraan dan masyarakat yang maju dan kompleks.
Secara harfiah, peradaban berasal dari kata dasar adab yang berarti akhlak, kesopanan atau kehalusan berbudi pekerti. Dan manusia yang tidak mempunyai adab sering dikatakan sebagai biadab.
Peradaban didefinisikan sebagai keseluruhan kompleksitas produk pikiran kelompok manusia yang mengatasi negara, ras, suku atau agama yang membedakannya dari yang lain. Beradab setidaknya sebuah masyarakat bersifat relatif dan harus ada norma. Kebutuhan akan adab dengan peradaban mengacu pada masyarakat yang memiliki organisasi sosial, kebudayaan dan cara berkehidupan yang sudah maju yang menyebabkan berbeda dari masyarakat lain.
Peradaban merupakan tahap kebudayaan tertentu dan telah maju yang bercirikan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan lain-lain. Masyarakat memiliki peradaban yang berbeda-beda satu sama lain. Peradaban mengacu pada kehidupan yang nyaman.
Indikator peradaban sebagai berikut;
1. Organisasi sosial
2. Berkebudayaan tinggi
3. Cara berkehidupan yang sudah maju.
Dalam kebudayaan Barat, manusia beradab adalah yang berpendidikan, sopan dan berbudaya. Ciri penting dalam definisi peradaban adalah berbudaya (cultured), antara lain: melek huruf (lettered). Faktor penting dalam pembentukan kebudayaan:
1. Religi
2. Bahasa
3. Seni
4. dan ilmu pengetahuan

E. PERUBAHAN PERADABAN DAN PERAN MANUSIA
Perubahan peradaban biasanya dikaitkan dengan perubahan-perubahan elemen atau aspek yang lebih bersifat fisik, seperti transportasi, persenjataan, jenis-jenis bibit unggul yang ditemukan, dan sebagainya. Perubahan budaya berhubungan dengan perubahan yang bersifat rohani seperti keyakinan, nilai, pengetahuan, ritual, apresiasi seni, dan sebagainya. Sedangkan perubahan sosial terbatas pada aspek-aspek hubuingan sosial dan keseimbangannya. Meskipun begitu perlu disadari bahwa sesuatu perubahan di masyarakat selamanya memiliki mata rantai diantaranya elemen yang satu dan eleman yang lain dipengaruhi oleh elemen yang lainnya.
Perubahan peradaban yang dimaksud pada alinea sebelumnya adalah prosesnya harus didesain dengan kesadaran, kesengajaan, kebersamaan, dan komitmen, yang didasarkan atas nilai-nilai kehidupan yang benar. Selanjutnya melalui pendidikanlah, kita dapat berharap wujudnya yaitu dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kehidupan yang cerdas inilah yang patut menjadi dasar sebuah peradaban yang kokoh dan sehat. Pendidikan adalah syarat mutlak berkembangya peradaban. Tanpa pendidikan yang memadai, tidak aka nada SDM yang mampu membawa perubahan peradaban ke arah yang lebih baik. Melalui fungsi pendidikan dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka akan lahirlah generasi yang mampu melaksanakan prinsip how to change the world (bagaimana mengubah dunia) bukan hanya how to see the world (bagaimana melihat dunia). Dan juga, how to lead the change (bagaimana memimpin perubahan), dan bukan hanya how to follow the change (bagaimana ikut dalam perubahan). Oleh karena itu, output pendidikan harus diarahkan menjadi agen perubahan (agent of change). Di sinilah peran pendidikan, di dalam rangka merekat keutuhan dan kesatuan bangsa, menjadi amat sangat menentukan.
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu (manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan kepentingan bersama. Namun bukan berarti semua himpunan manusia dapat dikatakan kelompok sosial. Untuk dikatakan kelompok sosial terdapat persyaratan-persyaratan tertentu.
Dalam kelompok sosial yang telah tersusun susunan masyarakatnya akan terjadinya sebuah perubahan dalam susunan tersebut merupakan sebuah keniscayaan. Karena perubahan merupakan hal yang mutlak terjadi dimanapun tempatnya. Kenyataan mengenai perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat dianalisa dari berbagai segi diantaranya: ke “arah” mana perubahan dalam masyarakat itu “bergerak” (direction of change)”, yang jelas adalah bahwa perubahan itu bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi setelah meninggalkan faktor itu mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu bentuk yang baru sama sekali, akan tetapi boleh pula bergerak kepada suatu bentuk yang sudah ada di dalam waktu yang lampau. Perubahan adalah keniscayaan, dan perubahan ke arah yang lebih baik tentunya merupakan hasrat dari setiap individu maupun organisasi. Peradaban adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebutkan bagian-bagian atau unsur kebudayaan yang dianggap halus, indah dan maju. Konsep kebudayaan adalah perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang tercermin dalam tingkat intelektual, keindahan, teknologi, spiritual yang terlihat pada masyarakatnya. Kebudayaan bersifat dinamis. Oleh sebab itu ia dapat mengalami perubahan atau pergeseran.
Keharusan sejarah, kita semua terus menerus berhadapan dengan sejarah perkembangan peradaban bangsa yang bergerak ke depan dan tak pernah balik.
V. Gordon Childe seorang arkeolog, mendefinisikan peradaban sebagai suatu transformasi elemen-elemen budaya manusia, yang berarti transformasi dalam penguasaan tulis-menulis, metalurgi, bangunan arsitektur monumental, perdagangan jarak jauh, standar pengukuran panjang dan berat, ilmu hitung, alat angkut, cabang-cabang seni dan para senimannya, surplus produksi, system pertukaran atau barter dan penggunaan bajak atau alat bercocok tanam lainnya. Tentunya, baik kebudayaan dan peradaban sangat erat kaitannya dengan sejarah. Bila kita amati secara lebih mendasar lagi, tingkat peradaban manusia terekspresikan dalam tiga indikator utama yaitu bahasa, budaya (segala bentuk dan ragam seni, ilmu pengetahuan dan teknologi) dan agama. Selanjutnya, ketiganya menjadi ciri suatu ras atau bangsa tertentu, beserta suku-sukunya dalam perwilayahan geografisnya masing-masing. Akan tetapi dalam memaknai perubahan peradaban kita harus berpedoman bahwa tidak semua yang kontemporer itu baik dan sebaliknya tidak semua yang lama itu usang dan tidak relevan dengan kehidupan saat ini. Dalam kacamata budaya, bangsa yang besar belajar untuk mengganti apa yang buruk dari budayanya, dan menjaga hal yang baik dari budayanya.

SOLUSI UNTUK MEMPERBAIKI ETIKA DAN ESTETIKA SEHINGGA DAPAT MENINGKATKAN PERADABAN
a) Menghindari salah pergaulan, pandai-pandailah dalam memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan kepribadian seseorang
b) Memperluas wawasan dan pengetahuan baik ilmu pengetahuan dan teknologi maupun pendidikan agama.
c) Mengikuti pembinaan moral dan akhlak
d) Mengikuti kegiatan positif
e) Meningkatkan iman dan takwa dengan lebih banyak beribadah dan mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa, selalu bersyukur dan bersabar

BAB III
PENUTUPAN
  Penutup atau Kesimpulan
Dari pembahasan yang kita lakukan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa kita sebagai manusia dalam berbudaya juga harus mempunyai nilai etika dan estetika, karena berbudaya itu tidak hanya menilai dari segi keindahan saja tapi juga memiliki etika dan estetika.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ETIKA, ESTETIKA DAN PERADABAN"

Post a Comment